Sabtu, 06 November 2010

Budidaya Cacing Tanah

BUDIDAYA CACING TANAH

( Lumbricus sp.)


1. SEJARAH SINGKAT
           Cacing tanah termasuk hewan tingkat rendah karena tidak mempunyai tulang
belakang (invertebrata). Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Famili
terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan Lumbricidae
Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, terutama bagi
masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang sangat
menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.
2. SENTRA PERIKANAN
           Sentra peternakan cacing terbesar terdapat di Jawa Barat khususnya Bandung-
Sumedang dan sekitarnya.
3. JENIS
            Jenis-jenis yang paling banyak dikembangkan oleh manusia berasal dari famili
Megascolicidae dan Lumbricidae dengan genus Lumbricus, Eiseinia,
Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan Lidrillus.
Beberapa jenis cacing tanah yang kini banyak diternakan antara lain:
Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai
bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan.
Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen
yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32.
Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya
lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi
jenis lain.
           Cacing tanah jenis Pheretima segmennya mencapai 95-150 segmen.
Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan
silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis
Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.
Cacing tanah jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah
kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada
segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak manja sehingga dalam
pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.
Cacing jenis Lumbricus Rubellus memiliki keunggulan lebih dibanding kedua
jenis yang lain di atas, karena produktivitasnya tinggi (penambahan berat
badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak
banyak bergerak
4. MANFAAT
          Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga
memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan
penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan
meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga
cacing tanah dapat digunakan sebagai:
1) Bahan Pakan Ternak
          Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah
dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan
kodok.
2) Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.
          Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam,
menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit
gigi dan tipus.
3) Bahan Baku Kosmetik
          Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan
baku pembuatan lipstik.
4) Makanan Manusia
           Cacing merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan
sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau Ayam.
5. PERSYARATAN LOKASI
1) Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam
jumlah yang besar.
2) Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur),
kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai
bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh
tubuhnya.
3) Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit
asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam
tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan
atau fermentasi.
4) Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan
cacing tanah adalah antara 15-30 %.
5) Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan
kokon adalah sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang
lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan
kelembaban optimal.
6) Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan dan
pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung,
misalnya di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus
(permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan
sinar dan tidak menyimpan panas.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
       Pembuatan kandang sebaiknya menggunakan bahan-bahan yang murah dan
mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah
liat.
       Salah satu contoh kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah
yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak
bertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang
dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka).
Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk,
pancing bertingkat atau pancing berjajar..

6.2. Pembibitan
       Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramu
media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan
kandang pelindung.
1) Pemilihan Bibit Calon Induk
         Sebaiknya dalam beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit
yang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah yang besar. Namun bila
akan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit cacing tanah dari alam,
yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan
kotoran hewan.
2) Pemeliharaan Bibit Calon Induk
         Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara:
a. pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang
digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika
sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang
lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
b. pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah
bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.
c. pemeliharaan kombinasi cara a dan b.
d. pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke
bak lain.
e. Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.
3) Sistem Pemuliabiakan
        Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada,
maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan.
Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media,
tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah
diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke
dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain
dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di
atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila dalam
waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu
betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing
akan berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus
segera diganti dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara
disiram dengan air, kemudian diperas hingga air perasannya terlihat
berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua).
4) Reproduksi, Perkawinan

        Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin
jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan,
tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah,
masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.
Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api.
Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon
akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.
Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam
waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang
ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama
7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.
6.3. Pemeliharaan
1) Pemberian Pakan
       Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat
cacing tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang
harus diberikan juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah
berupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai
media.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah,
antara lain :
- pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara
diblender.
- bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh
permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.
- pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus
cahaya.
- pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu,
harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi.
- bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai
perbandingan air 1:1.
3) Penggantian Media
        Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur
(kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak
dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada media baru. Rata rata
penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu.
4) Proses Kelahiran

      Bahan untuk media pembuatan sarang adalah: kotoran hewan,
dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar,
kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu.
Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai
bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk
kembali. Bahan campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan
persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap
basah.
7. HAMA DAN PENYAKIT
         Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadap
hama dan musuh cacing tanah. Beberapa hama dan musuh cacing tanah
antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai,
ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan lain-lain.
Musuh yang juga ditakuti adalah semut merah yang memakan pakan cacing
tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini
diperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semut
merah dilakukan dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi
air cukup.
8. PANEN
            Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting (utama) yang dapat
diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing).
Panen cacing dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah
dengan mengunakan alat penerangan seperti lampu petromaks, lampu neon
atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka
akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan
cacing tanah itu dengan medianya.
Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan membalikan sarang. Dibalik
sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul,
kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal.
Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka
sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30
hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat
diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan cacingnya
siap di panen.

9. PASCAPANEN
….
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya cacing tanah di Bandung (Jawa Barat) pada ahun
1999 adalah sebagai berikut:
1) Modal tetap
a. Sewa tanah seluas 200 m2/tahun                                       Rp. 120.000,-
b. Kandang pelindung:bahan bambu & atap rumbia               Rp. 150.000,-
c. Kandang ternak uk 1,5X18 m2 , Tg 50 Cm :11 bh            Rp. 600.000,-
d. Media :
- Bahan media 6 Ton, @ Rp. 100,00                                    Rp. 600.000,-
- Plastik 200 m, @ Rp. 1600,00/m                                       Rp. 320.000,-
- Pelepah Pisang                                                                   Rp. 25.000,-
                                                                                 Jumlah Rp. 1.815.000,-
2. Biaya Penyusutan
a. Tanah                                                                               Rp. 40.000,-
b. Kandang Pelindung                                                           Rp. 16.667,-
c. Kandang Ternak                                                               Rp. 66.667,-
d. Media
- Bahan Media                                                                      Rp. 300.000,-
- Plastik                                                                                Rp. 160.000,-
- Pelepah Pisang                                                                   Rp. 6.250,-
                                                                                 Jumlah Rp. 589.584,-
3. Modal Kerja
a. Bibit sebanyak 40 Kg, @                                                   Rp. 200.000,00/Kg Rp. 8.000.000,-
b. Pakan dalam bentuk limbah sayur(petsai, Mentimun)
5 Ton @                                                                                    Rp. 500,-  Rp. 2.500.000,-
c. Tenaga Kerja 4 orang @                                                        Rp. 100.000,-/bulan Rp. 400.000,-
                                                                                       Jumlah Rp. 10.900.000,-
4. Jumlah modal yang dibutuhkan :
a. Modal tetap                                                                      Rp. 1.815.000,-
b. Modal kerja                                                                      Rp. 10.900.000,-
                                                                                  Jumlah Rp. 12.715.000,-
5. Produksi/4 bulan
Selama 4 bulan 1600 Kg, @                                                 Rp.210.000,-/Kg Rp. 336.000.000,-

6. Biaya produksi/4 bulan
a. Biaya penyusutan                                                               Rp. 589.584,-
b. Modal kerja                                                                      Rp. 10.900.000,-
                                                                                 Jumlah Rp. 11.489.584,-
7. Keuntungan/4 bulan
a. Produksi/4 bulan                                                               Rp. 336.000.000,-
b. Biaya produksi/4 bulan                                                      Rp. 1.489.584,-
                                                                                 Jumlah Rp. 324.510.416,-
8. Break Even Point
a. Keuntungan/4 bulan                                                           Rp. 324.510.416,-
b. Biaya Produksi/4 bulan                                                      Rp. 11.489.584,-
                                                                                  Jumlah Rp. 313.020.822,-
Keuntungan selama 4 bulan                                                     Rp. 313.020.822,-
Untung bersih Produksi                                                         Rp. 313.020.822,-/120 hr Rp. 2.608.506,-
BEP = Biaya Tetap [ 1 - (Biaya Penyusutan : Keuntungan)]
= Rp. 1.815.000,00 [ 1 - (Rp. 589.584 : Rp. 324.510.416,-)]
= Rp. 1.815.000,00 [ 1- 0.0018 ]
= Rp. 1.815.000,00 X 0.9982
= Rp. 1.811.733,00
Artinya tingkat hasil penjualan sebesar Rp. 1.811.733,00/4 bulan
9. Tingkat Pengembalian Modal
Jumlah Modal Yang Diperlukan
Modal Kembali = __________________________ X 1bulan
(keuntungan + penyusutan)
= 1,733 bulan atau 2 bulan dalam 1 kali Produksi
Jadi tempo yang diperlukan untuk menutupi kembali Investasi adalah dalam
1 kali panen atau 2 bulan.
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Cacing tanah merupakan komoditi ekspor yang belakangan ini mendapat
respon yang besar dari para petani ataupun pengusaha. Hal ini disebabkan
karena besarnya permintaan pasar internasional dan masih kurangnya produksi
cacing tanah. Budidaya cacing tanah dapat memberikan hasil yang besar
dengan penanganan yang baik.

11. DAFTAR PUSTAKA
1) Asep, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah ( Bandung : Jum' at, 2
Juli 1999).
2) Budiarti, Asiani, Palungkun, Roni, Cacing Tanah (Jakarta : Penebar
Swadaya, 1992).
3) Endang, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli
1999).
4) Hamzah, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli
1999).
5) Hud, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli
1999).
6) Rudi, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah ( Bandung : Jum' at, 2 Juli
1999).
7) Sayuti, Fahri, Pedoman Praktis Budidaya Cacing Tanah (Bandung : Pusat
Latihan Dan Pengembangan, 1999).
8) Syaeful, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum' at, 8 Juli
1999).
9) Waluyo,Neno, Wawancara dengan Mahasiswa Peternak Cacing Tanah
(Bogor : Kamis, 24 Juni l999)


di kutip dari :
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id

1 komentar:

  1. mbok saya dikasih alamat untuk kursus budidayanya jadi bisa belajr langsung di lapangan jadi bisa mengestimasi dengan tepat ini alamt email saya:
    vcq_430@yahoo.com makasih mas tak tunggu balasannya

    BalasHapus